Setelah mendengar kegaduhan yang terjadi , Letnan Satu Pierre Andries Tendean bergegas keluar.
Namun sesaat setelah keluar kamar, Letnan Satu Pierre Andries Tendean dihadang oleh Pasukan Cakra Biarawa yan mengira bahwa Letnan Satu Pierre Andries Tendean adalah Jenderal A.H Nasution.
Kemudian Letnan Satu Pierre Andries Tendean segera dibawah oleh Pasukan menuju Lubang Buaya.
Tiga hari kemudian, tepatnya pada tanggal 4 Oktober 1965, ketujuh korban Gerakan 30 September ditemukan tidak bernyawa dan terkubur di dalam Sumur Tua di daerah Lubang Buaya Jakarta Timur.
Ketujuh korban dianugerahi Gelar Pahlawan Revolusi dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.***