Kisah Ayah Dua Orang Anak Dari Perbatasan RI-Timor Leste, 10 Tahun Mengabdi Sebagai Guru Honorer

- 25 November 2023, 21:15 WIB
Kisah Ayah Dua Orang Anak Dari Perbetasan RI-Timor Leste, 10 Tahun Mengabdi Sebagai Guru Honorer
Kisah Ayah Dua Orang Anak Dari Perbetasan RI-Timor Leste, 10 Tahun Mengabdi Sebagai Guru Honorer /Dedi Neno/Media Kupang

MEDIA KUPANG - November merupakan bulan yang istimewa bagi mereka yang menyandang gelar pahlawan tanpa tanda jasa.

Setiap tanggal 25 November para pahlwan tanpa tanda jasa ini akan merayakan Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (HUT PGRI).

Hal ini juga yang dirasakan oleh Lukas Kolo (37), salah satu guru bahasa Indonesia di SMP Negeri Wini, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Povinsi Nusa Tengara Timur (NTT).

Baca Juga: Rayakan Hari Orang Muda Sedunia Dan Alor Youth Day I, OMK Se-Kabupaten Alor Temu Iman Di Stasi Takalelang

Meski ikut merayakan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI, nasibnya sebagai seorang pendidik boleh dikata masih jauh dari kata layak.

Banyak suka duka sebagai seorang pendidik selama 10 tahun terakhir telah dinikmati di kota satelit yang menjadi pintu gerbang antara daerah enclave Oecuse ( Timor Leste ) dan Indonesia.

Mulai dari dari numpang di rumah keluarga hingga akhirnya tinggal di perpustakaan sekolah bersama istri dan dua orang anaknya, telah dilakukan oleh salah satu alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Timor (UNIMOR), demi mendidik genarasi muda penerus bangsa.

Baca Juga: Alor Usul 5 Ruas Jalan Untuk Dibiayai Dana Inpres 2024, DAK Dapat 28 Miliar

Kisah guru yang satu ini bermula pada tahun 2013 silam. Usai dinyatakana lulus dan diwisuda bersama ratusan sarjana dari UNIMOR pada 1 Juli 2013, Lukas Kolo (37) tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan pekerjaan impiannya sebagai guru Bahasa Indonesia.

“Waktu itu setelah wisuda dua minggu, tepatnya 16 Juli 2013, saya mengabdi sebagai guru honorer di SMP Negeri Wini,” kisah Lukas Kolo saat ditemui Media Kupang, di SMP Negeri Wini, Desa Humusu C, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten TTU, Jumat 24 November 2023.

Baca Juga: Deklarasi Damai Pemilu 2024, Pj Bupati Alor : 'Kami Berkomitmen Menjadi Wasit Yang Baik'

Selain ingin segera mengabdi, Lukas Kolo yang kala itu baru pulang ke kampung halaman dari kota, tidak mau menyandang gelar sarjana pengangguran di desanya.

Hal ini yang menjadi motovasi agar tetap semangat menempuh jarak sejauh 50 kilo meter pulang-pergi ke sekolah dan rumah orang tuanya yang terletak di Desa Bakitolas, Kecamatan Naibenu, kabupaten setempat setiap hari.

“Waktu itu dapat upah dari komite dan Bantuan Operasional Siswa (BOS) sebanyak Rp 300 ribu. Kadang naik Rp 50 ribu, kadang naik seratus ribu,” kata Lukas.

Sebagai guru diupah dari komite dan BOS, kala itu ternyata tidak sebanding dengan kebutuhan hidup sehari-hari, terutama untuk mobilisasi peri dan pulang ke sekolah.

Hal ini membuat Lukas Kolo memutuskan untuk numpang tempat tinggal di rumah salah satu keluarnya.

Lokasi tempat tinggal hanya berjarak sekitar 1,5 meter dari sekolah.
Dikatakan Lukas,

“Waktu itu karena jarak tempuh yang cukup jauh, jadi saya tinggal dengan keluarga. Lalu tahun 2014 itu saya tinggal di mess. Kebetulan sekolah ini menyiapkan mess untuk siswa, jadi saya tinggal di mess siswa yang laki-laki.”

Selama kurang lebih lima tahun mengabdi sebagai guru komite, tepatnya tahun 2018, Lukas Kolo menerima SK Bupati sebagai tenaga guru kontrak daerah. Upah yang diterima sebagai tenaga kontrak daerah di SMP Negeri Wini kala itu Rp 1.500.000.

“SK Bupati sebaai tenaga kontrak daerah ini berakhir tahun 2022,” urainya.

Berakhirnya SK Bupati sebagai tenaga kontrak daerah, membuat Lukas Kolo kembali menjadi guru dengan upah komite dan BOS.

Meski upah yang diterima tidak mencapai Rp 1.000.000 setiap bulan, namun semangat untuk tetap menggabdi tidak pernah pudar.

“Guru itu panggilan, jadi setiap hari ada kerinduan untuk mengajar anak-anak di dalam kelas. itu yang membuat kita tetap semangat,” ujar Lukas Kolo.

Di setiap waktu senggang setelah menjalankan tugas utama sebagai seorang pendidik, salah satu guru di pintu gerbang RI-Timor Leste ini memanfaatkan sebidang lahan kosong yang lokasinya tidak terlalu jauh dari sekolah untuk bercocok tanam.

Dari hasil pisang yang ditanam, Lukas Kolo bisa mendapat uang untuk membiayai istri dan dua orang anaknya.

Hal ini yang dilakukan ketika dinyatakan lulus sebagai Pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) pada Januari 2023 dan selama beberapa bulan mengabdi tanpa gaji.

“Mingu lalu kami sudah terima gaji PPPK,” tandas suami dari Ernesta Florida Amatnua. ***/Dedy Neno

Editor: John Taena

Sumber: Media Kupang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x